Memahami Proyek Rekayasa Ilmiah – Kata Proyek Rekayasa Ilmiah bukanlah suatu istilah teknis. Melainkan dapat dirujuk pada satu dari tiga pengertian berikut. Pengertiannya bisa berarti [1] Suatu atau setiap proyek di mana ahli dan peneliti teknik memainkan peran besar, [2] proyek di mana proses desain teknik digunakan untuk dijadikan pusat dari proyek, dan [3] suatu proyek atau pekerjaan yang diawasi oleh seorang insinyur.
Dengan makna pertama, proyek rekayasa sering digunakan atau diterapkan pada proyek ilmiah atau proyek lain yang melibatkan rekayasa dalam beberapa cara. Misalkan, di mana sesuatu dibangun dari basic-nya, rekayasa di sini dipahami lebih longgar – artinya tidak ada penciptaan mengikuti proses desain teknik yang sudah ditentukan hasil akhirnya. Tahapannya lebih pada penelitian ilmiah atau science fair project dari para ahli teknik. Bagaimanapun pengetahuan akan metode ilmiah telah lama diajarkan di sekolah, sementara praktikumnya, atau upaya melakukan rekayasa kadang belum mendapat perhatian yang hampir sama sebagaimana pengajaran metode ilmiah.
Makna yang kedua dari proyek rekayasa mengacu pada proyek yang seperti yang pertama dalam segala hal, kecuali bahwa kali ini ada proses desain teknik yang dilibatkan untuk menciptakan suatu prototipe atau benda yang telah ada desainnya. Untuk memahami perbedaan antara makna pertama dan kedua dari proyek rekayasa, perlu untuk dipahami perbedaan mendasar antara penelitian ilmiah dan proses desain. Ini karena, penelitian ilmiah dan proses desain teknik memiliki kesamaan, tapi yang jelas perbedaan mendasarnya adalah tujuan nya.

Penelitian ilmiah melibatkan identifikasi pertanyaan yang dapat dijawab melalui penyelidikan; perancangan, dan melakukan ujicoba; menggunakan alat dan teknik yang tepat untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data; dan menggunakan pemikiran logis berkenaan dengan bukti demi mengembangkan deskripsi, model, penjelasan, dan prediksi, yang kemudian dapat dikembangkan lebih jauh. Jadi penelitian ilmiah berfokus pada menjawab pertanyaan pertanyaan yang akan memberikan pencerahan di lingkungan para ahli, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
Sementara proses desain teknik melibatkan pendefinisiaan pada kebutuhan yang akan dicapai lewat project, melakukan penelitian latar belakang, menetapkan kriteria desain, menyiapkan desain awal atau rancangannya, membangun dan menguji prototipe, menguji dan mendesain ulang hingga pada dan penyajian hasil akhir yang bisa dimanfaatkan sehari-hari.
Yang ketiga, hampir tidak ada bedanya. Karena proyek-proyek rekayasa dari tipe ketiga juga menggunakan proses desain teknik dan fokus pada memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan. Selain itu, makna ketiga ini terkait dengan sistem kualifikasi teknik berjenjang. Insinyur harus dilisensikan mendapat gelar agar bisa dipercaya memimpin suatu proyek. Misalkan insinyur dengan gelar teknik mesin akan memimpin proyek pembuatan mesin, insinyur dengan gelar teknik listrik akan memimpin proyek kelistrikan.
Jenjang karir serta lisensi dan gelar itu memang bukan jaminan seseorang bisa memimpin proyek dengan baik, oleh karena itulah terdapat kualifikasi lain bagi para insinyur sebelum mereka bisa mendapatkan atau memimpin suatu proyek. Dalam hal ini pengalaman lebih di utamakan, bukan dari mereka yang memiliki ilmunya lewat jenjang pendidikan lebih tinggi, misalkan Ph.D atau pascasarjana lain dalam bidang teknik, belum tentu juga dapat dipercaya memimpin suatu proyek, jika belum memiliki pengalaman lapangan.
Dalam skema ini, di Amerika Serikat seorang Insinyur Pascasarjana tidak memiliki hak istimewa untuk mengambil semua proyek teknik. So. Tanggung jawab penuh untuk proyek-proyek teknik tidak dapat diasumsikan sampai seseorang telah mencapai tingkat Insinyur Profesional.